KAJIAN INOVASI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN DI KAWASAN WISATA AGRO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Indonesia merupakan negara agraris, namun demikian beberapa tahun terakhir ini yakni sekitar tahun 2012 hingga tahun 2015 an, luas lahan sawah total menurun sampai tingkat 0,48%. Dewasa ini di beberapa daerah, berkembang wisata agro yang menarik dan menjadi destinasi wisata touris, hal ini juga terjadi di wilayah Yogyakarta yang merupakan kota pendidikan dan wisata. Perkembangan wisata agro ini multi manfaat, karena disamping lahan pertanian terjaga dan terpelihara lebih baik, juga memberikan tambahan pendapatan kepada penduduk desa sekitar wilayah wisata, demikian juga tumbuhnya home industri baik yang berupa kuliner maupun non kuliner.
Tujuan penelitian pada tahun kedua adalah penciptaan inovasi model pemberdayaan masyrakat dan kelembagaan dalam pelestarian lingkungan melalui wisata agro. Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan khusus: (1) Menciptakan inovasi pengembangan wisata agro berbasis masyarakat. (2) Model pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata agro untuk kesejahteraan masyarakat. (3) Pengembangan kelembagaan wisata agro berbasis masyarakat. Penelitian menggunakan metode survei dengan mengambil sejumlah sampel, yang kemudian digabung dan didukung dengan data kualitatif yang diperoleh dengan teknik: Depth Interview pada Key Person, dan Focus Group Discussion,
Penelitian ini menemukan bahwa inovasi pengembangan wisata agro sudah dilakukan oleh masyarakat desa setempat, adanya kesiapan warga desa setempat sebagai host/ pemilik wisata agro desa, adanya kelembagaan masyarakat terkait dengan pengembangan wisata agro. Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa model pemberdayaan masyarakat yang efektif adalah melibatkan kelembagaan masyarakat lokal yang mampu mendukung berkembangnya wisata agro dan pelestarian lingkungan. Struktur kelembagaan yang jelas dari tingkat kabupaten sampai dengan kelembagaan yang terbawah yakni RT, dibawah koordinasi Dinas Pariwisata.
IMPLEMENTASI INOVASI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI WISATA AGRO
Indonesia merupakan negara agraris, namun demikian beberapa tahun terakhir ini yakni sekitar tahun 2012 hingga tahun 2015 an, luas lahan sawah total menurun sampai tingkat 0,48%. Dewasa ini di beberapa daerah, berkembang wisata agro yang menarik dan menjadi destinasi wisata touris, hal ini juga terjadi di wilayah Yogyakarta yang merupakan kota pendidikan dan wisata. Perkembangan wisata agro ini multi manfaat, karena di samping lahan pertanian terjaga dan terpelihara lebih baik, juga memberikan tambahan pendapatan kepada penduduk desa sekitar wilayah wisata, demikian juga tumbuhnya home industri baik yang berupa kuliner maupun non kuliner.
Tujuan penelitian pada tahun kedua adalah penciptaan inovasi model pemberdayaan masyrakat dan kelembagaan dalam pelestarian lingkungan melalui wisata agro. Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan khusus: (1) Menciptakan inovasi pengembangan wisata agro berbasis masyarakat. (2) Model pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata agro untuk kesejahteraan masyarakat. (3) Pengembangan kelembagaan wisata agro berbasis masyarakat. Penelitian menggunakan metode survei dengan mengambil sejumlah sampel, yang kemudian digabung dan didukung dengan data kualitatif yang diperoleh dengan teknik: Depth Interview pada Key Person, dan Focus Group Discussion,
Penelitian ini menemukan bahwa inovasi pengembangan wisata agro sudah dilakukan oleh masyarakat desa setempat, adanya kesiapan warga desa setempat sebagai host/ pemilik wisata agro desa, adanya kelembagaan masyarakat terkait dengan pengembangan wisata agro. Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa model pemberdayaan masyarakat yang efektif adalah melibatkan kelembagaan masyarakat lokal yang mampu mendukung berkembangnya wisata agro dan pelestarian lingkungan. Struktur kelembagaan yang jelas dari tingkat kabupaten sampai dengan kelembagaan yang terbawah yakni RT, dibawah koordinasi Dinas Pariwisata.
Kata Kunci: Wisata Agro, Inovasi, Kelembagaan
REKAYASA SOSIAL PEMANFAATAN PANGAN LOKAL DALAM
PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF DI DESA SAMBIREJO,
KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Hasil komoditas pertanian yang didominasi tanaman lahan kering mempengaruhi kebiasaan konsumsi masyarakat dan melahirkan karakteristik jenis pangan yang biasa disebut pangan lokal. Karakteristik dan ciri khas yang lahir dari keberadaan pangan lokal dapat ditangkap sebagai sebuah peluang dalam pengembangan ekonomi produktif masyarakat Desa Sambirejo. Penelitian ini berfokus pada rekayasa sosial pemanfaatan pangan lokal dalam pengembangan ekonomi produktif di Desa Sambirejo. Tahun 2018 menjadi tahun pertama penelitian, dengan melakukan identifikasi dan analisis permasalahan masyarakat serta kelembagaan di bidang usaha pengembangan ekonomi produktif melalui pemanfaatan pangan lokal, dan melakukan analisis SWOT sebagai dasar pertimbangan untuk menciptakan inovasi rekayasa sosial pemanfaatan pangan lokal dalam pengembangan ekonomi produktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Desa Sambirejo dengan informan utama yaitu warga Desa dan stakeholder terkait sebagai informan pendukung. Jenis data yang dianalisis berasal dari hasil observasi dan wawancara dalam bentuk data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan menggunakan triangulasi dan analisis kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Perkembangan pangan lokal di Desa Sambirejo masih diarahkan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui agribisnis makanan olahan lokal. Selain keberadaan sumber daya alam lokal yang melimpah, dukungan pemerintah lokal membuat bisnis yang dijalankan oleh masyarakat dapat berkembang secara optimal. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan pangan lokal di daerah ini yaitu ketersediaan bahan baku yang harus dibeli dari luar desa, seiring dengan regenerasi petani yang lambat juga akan menyebabkan berkurangnya bahan baku yang diproduksi di desa di masa depan. Di sisi lain, dukungan keluarga juga dibutuhkan bagi ibu rumah tangga dalam menjalankan bisnis ini.
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung pangan lokal di Desa Sambirejo yaitu mengadakan pelatihan keterampilan dalam memproses makanan lokal, pendampingan untuk pembuatan izin usaha, serta pembentukan Lembaga Desa Prima untuk mendukung promosi serta pendanaan kegiatan tersebut. Kesulitan lain yang dihadapi juga oleh industri olahan yang sudah ada adalah dalam mendapatkan izin PIRT untuk pengolahan produk makanan lokal, baik kesulitan untuk memenuhi syarat maupun minimnya dukungan keluarga secara langsung dan tidak langsung. Pada akhirnya, meskipun bergabung di Desa Prima, anggota tersebut memproduksi produknya sendiri tanpa melibatkan yang lain. Persaingan di antara mereka akan menyebabkan konflik internal terutama ketika output produk mereka sama. Pemerintah daerah melalui Lembaga Desa Prima mengusahakan anggota untuk secara kolektif menciptakan satu merek yang memiliki standar kualitas dan kuantitas yang sama.
PENCIPTAAN INOVASI PEMANFAATAN PANGAN LOKAL DALAM
PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF DI DESA SAMBIREJO,
KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Hasil komoditas pertanian yang didominasi tanaman lahan kering mempengaruhi kebiasaan konsumsi masyarakat dan melahirkan karakteristik jenis pangan tertentu. Karakteristik yang spesifik lokasi ini yang biasa disebut dengan pangan lokal. Jenis pangan lokal berupa kripik dan makanan ringan kering lainnya sudah banyak di Gunung Kidul dan daerah-daerah lain, sehingga inovasi harus dikenalkan untuk keberlanjutan usahanya. Melalui Desa Prima desa Sambirejo melakukan inovasi pemanfaatan pangan lokal dalam pengembangan ekonomi produktif. Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengidentifikasi inovasi yang dapat dikembangkan dalam upaya pemanfaatan pangan lokal dalam pengembangan ekonomi produktif. (2) mengkaji peran Desa Prima dalam mendukung pengembangan ekonomi produktif di desa Sambirejo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Desa Sambirejo dengan informan utama yaitu warga Desa dan stakeholder terkait sebagai informan pendukung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan triangulasi dan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) inovasi yang ditemukan sebagai upaya pemanfaatan pangan lokal dalam pengembangan ekonomi produktif masyarakat Desa Sambirejo adalah pemberlakuan standarisasi produk dan penguatan peranKelompok Desa Prima; (2) standarisasi produk telah dilakukan pada proses penyiapan bahan baku, pengolahan bahan baku, pengemasan, dan produk akhir berupa olahan pangan lokal. Masing-masing standar memiliki ketentuan yang berbeda antara satu produk dengan produk yang lainnya. Penetapan standarisasi ini dilakukan berdasarkan dari hasil pengalaman anggota Kelompok Desa Prima setelah melakukan praktik pembuatan produk olahan dengan bahan dasar pangan lokal; (3) Kelompok Desa Prima menjadi wahana bagi anggotanya untuk belajar melalui kegiatandiskusi serta pertukaran informasi dan pengalamandalam menentuan standar olahan produk yang tepat; (4) penciptaan aturan standardisasi produk olahan pangan lokal untuk mendukung pengembangan ekonomi produktif dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama melalui Kelompok Desa Prima. Hasil penciptaan aturan standar produk dapat ditemukan pada penetapan resep dan jenis kemasan; (5) Dukungan Pemerintah Desa terhadap pengembangankegiatan usaha Kelompok Desa Prima dapat dilihat pada upaya pengalokasian dana BUMDES untuk usaha berkelanjutanolahan pangan lokal berbasis UKM. Pada kerjasama ini produk olahan yang telah diproduksi oleh kelompok akan dititipkan di showroom yang dikelola oleh BUMDES; dan (6) Stakeholders yang terlibat dalam penciptaan inovasi di Desa Sambirejo antara lain: Kepala Desa, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Sambirejo, Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Gapoktan Sambirejo, BRI Microfinance Center, Dinas Koperasi, Dinas Kesehatan dan yang akan terlibat adalah Dinas Pariwisata dan Kominfo.