Tidak terasa telah satu bulan KKN-PPM UGM dilaksanakan. KKN ini juga merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa UGM tidak terkecuali mahasiswa program studi PKP. Pada KKN PPM UGM periode kedua ini, Prodi PKP mengirimkan 40 orang mahasiswanya untuk melaksanakan Program KKN ini yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Selama 50 hari, mahasiswa melaksanakan berbagai kegiatan bersama masyarakat untuk menerapkan secara langsung ilmu yang mereka pelajari di kelas.
Menjalani KKN selama 50 hari, mahasiswa PKP 21 telah banyak belajar dan mengalami hal-hal baru. Berbagai cerita menarik pun bermunculan dari mahasiswa PKP 21 yang sedang menjalani KKN periode ke-2 ini. Pada kesempatan ini, ada beberapa mahasiswa PKP yang dengan senang hati membagikan pengalaman menariknya saat menjalani KKN. Ada Lidia di Papua Barat Daya, Fandi di Riau, dan Panji di Lumajang yang akan memberikan sedikit cerita serunya.
Q: Selama KKN, program kerja mana yang paling membuat Anda terkesan?
Lidia (KKN di Papua Barat Daya): Proker yang paling berkesan yakni Proker Mama Beta Cerdas Mengolah Sampah Makanan. Paling berkesan karena dinamikanya seru banget, bareng mama-mama Papua yang ternyata antusiasnya luar biasa besar. Bahkan disini kami tidak pernah kesulitan untuk mencari audience. Masyarakat sangat mendukung semua proker yang kami lakukan. Kemudian dari segi kekeluargaannya juga sangat terasa. Selain itu, kami juga diajari makan pinang (tidak semua orang bisa memakan pinang. Beberapa ada yang mabuk saat “nginang” pertama kali).
Fandi (KKN di Riau): Setiap program kerja memiliki kesan tersendiri karena antusiasme yang ditunjukkan oleh warga sangat terasa. Sambutan hangat dari masyarakat terasa sejak awal kedatangan, meskipun tiba di tengah malam, banyak orang yang menyambut dengan ramah. Edukasi pemanfaatan limbah pertanian yang dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk organik cair dan program pembuatan leaflet pengaplikasian pupuk organik cair meurpakan program kerja yang saya lakukan. Saya mengambil proker tersebut karena di Provinsi Riau tingkat kebakaran hutannya masih tinggi yang mana salah satu pemicunya adalah adanya pembakaran lahan. Adanya pengelolaan limbah pertanian menjadi pupuk menjadi hal yang sangat cocok karena di Desa Pasir Maju, Kec. Rambah, Kab. Rokan Hulu ini pupuk tergolong susah untuk didapatkan dan tergolong mahal.
Panji (KKN di Lumajang): Loemadjang Mbiyan ini menjadi hal yang paling berkesan selama KKN. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Lumajang yang menampilkan potensi yang dimiliki seluruh kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Lumajang. Dalam hal ini, saya berkesempatan untuk berkontribusi secara langsung dalam pembuatan video guna mempromosikan potensi agrowisata dan potensi sektor pertanian yang dimiliki oleh Desa Ranupani. Selain dapat terlibat langsung dengan perangkat desa dan masyarakat setempat, saya belajar lebih banyak terkait pemeliharaan serta pelaksanaan agrowisata. Hasil kerja keras yang sudah kami lakukan membuahkan hasil. Desa Ranupani mendapatkan penghargaan sebagai stand favorite dari seluruh kecamatan maupun desa yang terlibat dalam kegiatan ini.
Q: Adakah cerita seru/unik selama KKN yang bisa Anda bagi?
Fandi (KKN di Riau): Desa Pasir maju merupakan desa transmigran di tahun 80-an yang terdiri dari orang jawa dan sunda sehingga dengan kedatangan mahasiswa dari UGM mereka merasa didatangi saudara dan terasa sangat menerima dengan baik. Perbedaan budaya yang ada disini pun sudah bisa berjalan berdampingan dengan baik.
Lidia (KKN di Papua Barat Daya): Mungkin lebih ke amaze dengan kekayaan alamnya. Kita semua kagum banget burung Cendrawasih beneran ada dan ukurannya besar seperti bebek. Disini burung cendrawasih mudah ditemukan bahkan di belakang sekolah pun banyak cendrawasih yang main dan loncat-loncat. Belum lagi soal lautnya, airnya bersih tidak tercemar apapun jadi saat berenang disini seger banget walaupun ini air laut.
Panji (KKN di Lumajang): Desa Ranupani merupakan salah satu desa tertinggi di pulau jawa. Tidak heran bahwa desa ini memiliki range suhu pada angka 7°C-10°C pada malam hari. Hal ini dapat memicu frost atau bunga es pada tanaman-tanaman di Desa Ranupani. Hal ini menjadi kejadian unik dan seru bagi saya karena dapat melihat secara langsung kejadian tersebut.
Q: Kesan dan pesan untuk KKN periode selanjutnya?
Lidia (KKN di Papua Barat Daya): Pelaksanaan KKN di Distrik Waisai, Kabupaten Raja Ampat, tidak jauh berbeda dengan KKN di daerah perkotaan di Jawa. Ketersediaan fasilitas umum seperti minimarket telah menunjang kenyamanan peserta. Namun, keunikan Raja Ampat terletak pada kekayaan flora, fauna, dan keindahan laut yang tak tertandingi. Bagi mahasiswa yang ingin mengabdi sekaligus mengeksplorasi potensi alam, lokasi ini sangat cocok.
Panji (KKN di Lumajang): Untuk teman-teman yang akan melaksanakan KKN, sering-sering sowan dan membaur dengan masyarakat setempat!
Credit: Panji Prasetyo, Lidia Tri Aisyah, Fandi Prasetyo, dan Dinda Aulia Reta Adisty.