SLEMAN – Kalurahan Sidoluhur merupakan sebuah desa inklusif yang berkomitmen pada kesetaraan dan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat, Orang Dengan Gangguan Psikososial (ODGP), pemerintah, dan mitra, Sidoluhur telah berhasil mengintegrasikan pertanian dengan pemberdayaan sosial, khususnya bagi ODGP. Hal ini terwujud melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat umum, kader desa, dinas kesehatan, UPTD BP4 Ngemplak, LK3 Sleman, serta Yakkum yang telah menjadi mitra strategis sejak tahun 2017.
Kalurahan Sidoluhur memiliki lahan seluas 1.600 m2 hasil menyewa tanah kas desa, yang digunakan untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat (ODGP) untuk membudidayakan pertanian dan mengembangkan “Taman Edukasi Inklusi Kesiapsiagaan Bencana (Taksi Kencana)”. Tujuan dibentuknya paguyuban ini adalah untuk membuat ODGP menjadi masyarakat yang mandiri hingga dapat memiliki produktivitas yang baik. Kegiatan yang dilakukan di paguyuban ini seperti bertani, batik jumputan, ecoprint, pembuatan olahan makanan (sirup jahe).
Pemberdayaan berbasis agro ekonomi lokal yang dilakukan salah satunya yaitu pelatihan ecoprint. Pelatihan ecoprint dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 9, 10, dan 12 September 2024 dengan narasumber Hastin Sholikhah S.Sn. selaku penggiat ecoprint sekaligus pendamping budaya Kalurahan Sidoluhur. Pelatihan ini diikuti oleh kader dan anggota Paguyuban Luhur Jiwo, seperti ODGP dan caregiver. Selain itu, diikutsertakan juga beberapa anggota KWT dan PKK Sidoluhur untuk turut berpartisipasi dalam pelatihan.Pelatihan hari pertama, Senin, 9 September 2024 dimulai dengan pengenalan ecoprint dan teknik-teknik dasar pembuatannya. Ecoprint merupakan teknik cetak menggunakan bahan alami atau ramah lingkungan yang bisa digunakan pada banyak media, salah satunya kain. Teknik yang akan dipraktikkan pada pelatihan ini merupakan teknik kukus/steaming. Sederhananya, teknik ini dilakukan dengan cara mengukus lembaran kain yang sudah ditempeli berbagai tumbuhan, hal ini dilakukan untuk menghasilkan jejak daun atau bunga pada kain. Tumbuhan-tumbuhan yang dapat digunakan contohnya yaitu daun jarak merah, jati ndeso, pohon lanang, kayu afrika, bunga kenikir, biden, dan pepaya jepang. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung tahapan pengkondisian kain yaitu mordanting. Bahan-bahan yang digunakan per 10 meter kain yaitu air 3 liter, cuka biang 4 sdm, soda kue 10 sdm, tawas bubuk 20 sdm, dan tunjung 2 sdm. Setelah kain melewati tahap mordanting, kain dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.
Pelatihan hari kedua, Selasa 10 September 2024 dilanjutkan dengan tahapan fiksasi awal kain. Kain dimasukkan pada ember berisi air 7 liter yang dicampur dengan kapur bubuk dolomit 3 sdm. Kain diremas-remas hingga merata kemudian dibilas dengan air bersih. Kain diperas dan diangin-anginkan hingga setengah kering. Tahapan selanjutnya yaitu menyusun daun. Kain dibentangkan pada alas datar yang sudah dilapisi plastik lalu diletakkan daun pada setengah bagian kain. Setelah itu, kain ditutup dengan plastik dan digulung pada pipa paralon dan diikat dengan tali rafia. Tahap terakhir pada hari ini yaitu pengukusan. Kain dimasukkan ke dalam dandang dan dikukus 2 – 2,5 jam. Setelah dikukus, kain dapat dibuka dan dibentangkan hingga kering. Selama proses pengukusan, dilakukan sosialisasi mengenai kemasan produk dan perhitungan Break Even Point (BEP) produk ecoprint agar layak jual.
Pelatihan hari ketiga, Kamis 12 September 2024 melanjutkan dua tahapan terakhir pembuatan ecoprint yaitu tahap pewarnaan dan fiksasi akhir. Tahap pewarnaan dilakukan dengan menggunakan warna alam. Basahi kain ecoprint dengan air bersih, dibentangkan, dan dicelupkan secara merata ke dalam warna alam. Peras kain dan jemur di tempat teduh. Tahap fiksasi akhir merupakan proses penguncian warna agar tidak mudah luntur. Kain dicelupkan pada larutan 1 sdm tawas dengan 2 liter air, diremas hingga merata lalu dibilas dengan air bersih. Kain dikeringkan pada tempat teduh. Setelah itu, kain ecoprint dapat dikreasikan menjadi produk hijab, tas, baju, dan lain sebagainya.
Dalam mendukung keberhasilan budidaya tanaman, kegiatan pengabdian ini juga mencakup pelatihan budidaya tanaman secara umum. Pelatihan budidaya menghadirkan Ibu Rani Agustina Wulandari, S.P., M.P., Ph.D., dosen Departemen Budidaya Pertanian dari Fakultas Pertanian, UGM yang memberikan materi mengenai tahapan budidaya tanaman yang meliputi persemaian, pindah tanam, pengelolaan lahan, pemeliharaan, hingga panen dan pasca panen.
Kegiatan pelatihan budidaya tanaman dihadiri oleh kader dan anggota Paguyuban Luhur Jiwo seperti penyintas ODGP dan caregiver. Selain itu, pelatihan juga dihadiri oleh perwakilan kelompok wanita tani (KWT) dan PKK dari Kalurahan Sidoluhur. Melalui pelatihan ini, peserta mendapatkan pengetahuan praktis dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan teknik budidaya secara efektif di lahan Taksi kencana. Dengan pemanfaatan lahan kas desa dan penerapan teknik budidaya yang baik, diharapkan Taksi kencana tidak hanya menjadi pusat budidaya tanaman yang mendukung usaha ecoprint saja namun juga berfungsi sebagai contoh model dalam pertanian berkelanjutan yang dapat meningkatkan ekonomi komunitas. Program ini diharapkan dapat memberdayakan komunitas Paguyuban Luhur Jiwo, mendorong kemandirian ekonomi, dan memperkuat kapasitas mereka dalam mengelola usaha berbasis pertanian secara berkelanjutan.
Diharapkan melalui kegiatan pengabdian dan pelatihan ini, akan tercipta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Kalurahan Sidoluhur.
Dengan demikian, diharapkan pula akan terjadi peningkatan produktivitas dan inovasi dalam berbagai sektor, terutama sektor ekonomi. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan di wilayah Kalurahan Sidoluhur.
Credit: Dokumentasi Pribadi